9 Upacara Adat Jawa.
Suku Jawa dikenal sebagai suku dengan
jumlah populasi terbanyak di seluruh Indonesia. Di manapun tempat di Nusantara,
orang Jawa pasti selalu ada. Selain dikenal memiliki pribadi yang ramah,
orang-orang Jawa juga punya sejarah tradisi dan kebudayaan yang luar biasa,
sama seperti suku-suku lainnya. Hal ini dibuktikan misalnya dengan banyaknya
jenis tari, musik, rumah adat, dan upacara adat yang dimilikinya. Upacara Adat
Jawa Upacara adat adalah suatu ritual yang dilakukan secara bersama-sama oleh
kelompok masyarakat yang masih memiliki keterkaitan etnis, suku, maupun
kebudayaan untuk mencapai tujuan yang bersumber pada nilai-nilai leluhur dan
nenek moyang mereka. Di Jawa sendiri, ada beberapa upacara adat yang tergolong
cukup unik dan harus dikenalkan pada genarasi muda agar warisan nenek moyang
ini tetap lestari dan terjaga. Apa saja upacara adat Jawa tersebut? Berikut
informasinya untuk Anda.
Upacara
adat Jawa yang pertama adalah kenduren atau selametan. Upacara ini dilakukan
secara turun temurun sebagai peringatan doa bersama yang dipimpin tetua adat
atau tokoh agama. Adanya akulturasi budaya Islam dan Jawa di abad ke 16 Masehi
membuat upacara ini mengalami perubahan besar, selain doa hindu/budha yang
awalnya digunakan diganti ke dalam doa Islam, sesaji dan persembahan juga
menjadi tidak lagi dipergunakan dalam upacara ini. Upacara Adat Jawa
Berdasarkan tujuannya, upacara adat Jawa yang satu ini terbagi menjadi beberapa
jenis yang diantaranya:
o Kenduren wetonan (wedalan)
adalah upacara kenduren yang digelar pada hari lahir seseorang (weton)
dilakukan sebagai sarana untuk memanjatkan doa panjang umur secara
bersama-sama.
o Kenduren sabanan (munggahan)
adalah upacara yang dilakukan untuk menaikan leluhur orang Jawa sebelum
memasuki bulan puasa. Upacara kenduren ini umumnya dilakukan di akhir bulan
Sya,ban, sebelum ritual nyekar atau tabur bunga di makam leluhur mereka
lakukan.
o Kenduren likuran adalah
upacara kenduren yang digelar pada tanggal 21 bulan puasa dan dilakukan untuk
memperingati turunnya Al-Qur’an atau Nujulul Quran.
o Kenduren ba’dan adalah
kenduren yang digelar pada 1 Syawal atau saat hari Raya Idul Fitri yang
tujuannya untuk menurunkan arwah leluhur ke tempat peristirahatannya.
o Kenduren ujar adalah ritual
upacara yang digelar jika suatu keluarga Jawa memiliki hajat atau tujuan, misal
ketika hendak berkirim doa pada arwah leluhur, khitanan, pernikahan, dan lain
sebagainya.
o Kenduren muludan adalah
upacara adat Jawa yang digelar setiap tanggal 12 bulan Maulud dengan tujuan
untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain upacara kenduren, di Jawa juga dikenal Upacara Grebeg.
Upacara ini digelar 3 kali setahun, yaitu tanggal 12 Mulud (bulan ketiga), 1
Sawal (bulan kesepuluh) dan 10 Besar (bulan kedua belas). Upacara ini digelar
sebagai bentuk rasa syukur kerajaan terhadap karunia dan berkah Tuhan.
Sekaten
merupakan upacara adat Jawa yang digelar dalam kurun tujuh hari sebagai bentuk
peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad. Berdasarkan asal usulnya, kata Sekaten
yang menjadi nama upacara tersebut berasal dari istilah Syahadatain, yang dalam
Islam dikenal sebagai kalimat tauhid. Upacara sekaten dilakukan dengan
mengeluarkan kedua perangkat gamelan sekati dari keraton, yaitu gamelan Kyai
Gunturmadu dan gamelan Kyai Guntursari untuk diletakan di depan Masjid Agung
Surakarta.
Upacara
ruwatan adalah upacara adat Jawa yang dilakukan dengan tujuan untuk meruwat
atau menyucikan seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan keselamatan
dalam menjalani hidup. Contoh upacara ruwatan misalnya yang dilakukan di
dataran Tinggi Dieng. Anak-anak berambut gimbal yang dianggap sebagai keturunan
buto atau raksasa harus dapat segera diruwat agar terbebas dari segala
marabahaya. Upacara Adat Jawa.
Tradisional
Jawa Dalam pernikahan adat Jawa dikenal juga sebuah upacara perkawinan yang
sangat unik dan sakral. Banyak tahapan yang harus dilalui dalam upacara adat
Jawa yang satu ini, mulai dari siraman, siraman, upacara ngerik, midodareni,
srah-srahan atau peningsetan, nyantri, upacara panggih atau temu penganten,
balangan suruh, ritual wiji dadi, ritual kacar kucur atau tampa kaya, ritual
dhahar klimah atau dhahar kembul, upacara sungkeman dan lain sebagainya.
Upacara Adat Jawa
Upacara
tedak siten merupakan upacara adat Jawa yang digelar bagi bayi usia 8 bulan
ketika mereka mulai belajar berjalan. Upacara ini dibeberapa wilayah lain juga
dikenal dengan sebutan upacara turun tanah. Tujuan dari diselenggarakannya
upacara ini tak lain adalah sebagai ungkapan rasa syukur orang tuanya atas
kesehatan anaknya yang sudah mulai bisa menapaki alam sekitarnya.
Upacara
tingkepan (mitoni) adalah upacara adat Jawa yang dilakukan saat seorang wanita
tengah hamil 7 bulan. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air
kembang setaman diiringi panjatan doa dari sesepuh, agar kehamilannya selamat
hingga proses persalinannya nanti.
Keboan
Masyarakat Jawa yang mayoritas bekerja sebagai petani juga memiliki ritual
upacara tersendiri. Kebo-keboan –begitu namanya, merupakan upacara adat Jawa
yang dilakukan untuk menolak segala bala dan musibah pada tanaman yang mereka
tanam, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan
panen yang memuaskan. Dalam upacara ini, 30 orang yang didandani menyerupai
kerbau akan diarak keliling kampung. Mereka akan didandani dan berjalan seperti
halnya kerbau yang tengah membajak sawah.
Upacara larung sesaji adalah upacara
yang digelar orang Jawa yang hidup di pesisir pantai utara dan Selatan Jawa.
Upacara ini digelar sebagai perwujudan rasa syukur atas hasil tangkapan ikan
selama mereka melaut dan sebagai permohonan agar mereka selalu diberi
keselamatan ketika dalam usaha. Berbagai bahan pangan dan hewan yang telah
disembelih akan dilarung atau dihanyutkan ke laut setiap tanggal 1 Muharam
dalam upacara adat Jawa yang satu ini. Upacara Adat Jawa Nah, itulah kesembilan
upacara adat Jawa yang hingga kini masih tetap lestari dan dilaksanakan.
Menarik bukan? Agar artikel ini dapat menjadi lebih baik, kami akan terus
mengupdatenya seiring dengan tambahan-tambahan informasi yang terus berkembang.
Jika ada saran atau kritik, silakan sampaikan melalui kolom komenta
Terima kasih.
Disalin dari Blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar