Asal Usul Wayang Kulit Dan
Sejarahnya
Sejarah Kesenian Wayang Kulit
Sejarah asal usul kesenian wayang kulit, tidak bisa lepas dari sejarah
wayang sendiri. Tidak ada bukti konkret tentang adanya wayang sebelum abad
pertama, dimana ini bertepatan dengan munculnya ajaran Hindu dan Buddha ke area
Asia Tenggara. Hal ini dipercaya menjadi hipotesa bahwa seni ini datang dari
India ataupun Tiongkok, dimana kedua negara tadi memiliki tradisi yang telah
berjalan turun-temurun tentang penggunaan bayangan boneka atau pertunjukkan
teater secara keseluruhan. Jivan Pani juga pernah mengeluarkan pendapat bahwa
wayang berkembang dari dua jenis seni yang berasal dari Odisha, India Timur,
yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Meski
begitu, banyak juga penceritaan sejarah wayang yang memiliki dampak
besar terhadap perkembangan teater boneka tradisional.
Catatan sejarah pertama tentang adanya
pertunjukkan wayang mengacu pada sebuah prasasti yang bisa dilacak berasal dari
tahun 930, yang mengatakan si Galigi mawayang. Saat itulah sampai sekarang,
beberapa fitur teater boneka tradisional tetap ada. Galigi sendiri merupakan
seorang penampil yang sering dimintai untuk menggelar pertunjukkan ketika ada
acara atau upacara penting. Pada saat itu, ia biasanya membawakan sebuah cerita
tentang Bima, seorang ksatria dari kisah Mahabharata. Penampilan yang dibawakan
oleh Galigi tercatat dalam kakawin Arjunawiwaha yang dibuat oleh Mpu Kanwa pada
tahun 1035 yang mendiskripsikannya sebagai seorang yang cepat, dan hanya
berjarak satu wayang dari Jagatkarana. Kata jagatkarana merupakan sebuah
ungkapan untuk membandingkan kehidupan nyata kita dengan dunia perwayangan, dimana
Jagatkarana yang berarti penggerak dunia atau dalang terbesar hanyalah berjarak
satu layar dari kita.
Memang tidak banyak literatur yang menjelaskan tentang sejarah asal
usul kesenian wayang kulit, meski begitu salah satu anak bagian dari seni
wayang ini telah diakui sebagai karya kebudayaan yang amat berharga di bidang
narasi oleh UNESCO di tanggal 7 November 2003. Hal ini mungkin menjadi
pertimbangan bagi UNESCO karena dari seluruh jenis wayang yang ada, wayang
kulit merupakan salah satu jenis wayang yang paling dikenal di Indonesia.
Wayang ini terbuat dari kulit hewan yang menjadi bahan utama jenis wayang yang
digunakan dalam pertunjukkan ini.
Dalam cerita wayang Jawa, hidup sebuah keluarga karakter yang disebut
Punakawan. Punakawan ini terdiri dari empat orang dan selalu dianggap sebagai
pengikut jenaka dari pahlawan yang menjadi karakter utama sebuah cerita.
Keempat orang ini adalah Semar yang juga dikenal dengan nama Ki Lurah Semar,
Petruk, Gareng, dan juga Bagong. Semar sendiri sering digambarkan sebagai
personifikasi dewa, dan kadang juga digambarkan sebagai arwah penjaga dari
pulau Jawa itu sendiri. Dalam mitologi Jawa, dewa-dewa yang ada hanya
mampu mengubah diri mereka menjadi manusia yang jelak, karena ini juga Semar
selalu digambarkan sebagai seseorang yang jelek dan gendut, serta memiliki
hernia yang menggantung.
Dalam sejarah asal usul kesenian wayang kulit, wayang kulit sendiri
terbagi menjadi beberapa jenis dan satu di antaranya adalah wayang kulit Gagrag
Banyumasan. Untuk wayang kulit jenis ini adalah sebuah gaya pedalangan yang
juga dikenal dengan nama pakeliran. Gaya ini dinilai sebagai cara untuk
mempertahankan nilai, dimana perawatan dan kualitas yang mereka tunjukkan di
panggung selalu menunjukkan hal ini. Unsur-unsur yang ada dalam pakeliran
adalah: lakon, sabet (gerakan yang akan dilakukan oleh para wayang), catur
(narasi dan percakapan antara karakter), serta karawitan yang berarti musik.
Contoh lain dari pembagian jenis wayang kulit lainnya wayang kulit Banjar,
yang sesuai namanya berkembang di Banjar, Kalimantan Selatan. Masyarakat
kerajaan Banjar awalnya memang telah mengenal seni wayang kulit ini dimulai
dari awal abad ke-14. Pernyataan ini menjadi jauh lebih kuat ketika Majapahit
akhirnya berhasil menduduki beberapa bagian wilayah Kalimantan dan membawa misi
untuk menyebarkan agama Hindu menggunakan taktik untuk mengadakan pertunjukan
wayang kulit.
Contoh lain lagi ialah wayang siam yang terkenal di Kelantan, Malaysia.
Wayang Siam sendiri merupakan sebuah pertunjukkan wayang one man show, dimana
bahasa-bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu. Dari awal, tidak ada bukti
yang jelas tentang kemunculan pertama wayang siam, jadi orang-orang berpendapat
bahwa kesenian ini berasal dari jawa, mengikut simbol-simbol yang sangat bercorak
Jawa.
Di masa sekarang ini, ketertarikan anak muda akan kesenian wayang kulit
bisa dinilai sangat rendah, mengingat banyaknya permainan berbasis teknologi
yang bisa mereka mainkan. Meski begitu, masih banyak juga orang tua yang dengan
aktif mengajarkan anaknya untuk mengapresiasi salah satu karya seni tradisional
Indonesia ini, dan hal tersebutlah yang dibutuhkan untuk memajukan wayang kulit
di masa ini.
Dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar