Kamis, 22 Desember 2016

Tradisi Tirakatan Malam 17 Agustus

Tradisi Tirakatan Malam 17 Agustus
 

Satu Islam, Semarang – Bagi warga Kota Semarang, Jawa Tengah, setiap tanggal 16 Agustus malam hari, selalu menggelar tradisi “Malam Tirakatan” yang menjadi ekspresi jiwa untuk menyambut hari kemerdekaan RI, tak terkecuali pada tahun 2015 ini yang juga digelar Malam Tirakatan 17 Agustus 2015.

Malam Tirakatan 17 Agustus memang menjadi potensi budaya lokal yang perlu dilestarikan semsua kalangan. Sebab, Malam Tirakatan menjadi malam sakral sebelum menyambut datangnya 17 Agustus di tiap tahunnya.

Hampir di semua jalan, gang dan institusi menggelar Malam Tirakatan sebagai wahana refleksi diri memaknai hari kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.

TRADISI TIRAKATAN NGALAP BERKAH



TRADISI TIRAKATAN NGALAP BERKAH




Tirakatan Tradisi zaman dahulu yang banyak dilakukan masyarakat Jawa pada saat-saat tertentu Terlebih lagi pada bulan Suro yang merupakan bulan pertama penggalan Jawa. Bulan Suro Hampir Sama dengan bulan Muharan yang merupakan bulan pertama Tahun Hijriah penggalan Islam, karena perhitungan Penanggalan Jawa maupun Perhitungan Penanggalan Islam sama-sama berdasarkan Perhitungan perputaran bulan atau sering disebut Tahun Komariah walaupun sebenarnya beda antara Suro dan muharam itu.

Kata Tirakatan berasal dari kata dasar Tirakat yang sebenarnya berasal dari bahasa arab yaitu Toriqot dan setelah beradaptasi dengan lidah/lafal jawa jadi kata Tirakat dan dapat akhiran an jadi Tirakatan yang kurang lebihnya dalam bahasa jawa diartikan Laku/Lakon/Nglakoni yang dalam bahasa Indonesia artinya Jalan/Perjalanan/Menjalani.

Ritual Tedhak Siten (Piton-piton)



Ritual Tedhak Siten (Piton-piton)


Ritual Turun Tanah

Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki, Siten dari kata siti artinya tanah atau bumi. Jadi tedhak siten berarti menapakkan kaki kebumi. Ritual tedhak siten menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses dimasa mendatang, dengan berkat Tuhan Yang Maha Esa  dan bimbingan orang tua maupun para Guru dari sejak masa kanak-kanak.

Upacara tedhak siten juga punya makna kedekatan anak manusia kepada Ibu Pertiwi,(Tanah airnya). Dengan menjalani kehidupan yang baik dan benar dibumi ini, sekaligus tetap merawat dan menyayangi bumi, maka kehidupan didunia terasa nyaman dan menyenangkan. Ini untuk mengingatkan bahwa bumi(Tanah) telah memberikan banyak hal untuk menunjang kehidupan manusia. Tanpa ada bumi, sulit dibayangkan bagaimana eksistensi kehidupan manusia.

Manusia wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena diberikan kehidupan yang memadai dibumi yang alamnya sangat kondusif, memungkinkan mahluk manusia dan mahluk-mahluk yang lain bermukim disini. Inilah kesempatan untuk berbuat yang sebaik-baiknya, berkarya nyata, tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarganya, tetapi untuk peradaban seluruh umat manusia, yang semuanya adalah titah Tuhan Yang Maha Esa, dan asal usulnya dari tempat yang sama.

Hendaknya di ingat bahwa tanah adalah salah satu elemen badan manusia dan yang tak terpisahkan dengan elemen-elemen yang lain, yaitu air, udara dan api, yang mendukung kiprah kehidupan suksma didunia ini, atas kehendakGusti.

Kapan diadakan upacara tedhak siten?

Pada waktu seorang anak kecil berumur tujuh selapan atau 245 hari. .Selapan merupakan kombinasi hari tujuh menurut kalender internasional dan hari lima sesuai kalender Jawa. Oleh karena itu selapanan terjadi setiap 35 hari sekali. Bisa jatuh pada hari Senin Legi, Selasa Paing dst. Sehingga upacara ini di jawa timur lebih dikenal dengan sebutan Piton-piton.

Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten diadakan pagi hari dihalaman depan rumah. Selain kedua orang tua bocah, kakek nenek dan para pinisepuh merupakan tamu terhormat, disamping tentunya diundang juga para saudara dekat..

Seperti pada setiap upacara tradisional, mesti dilengkapi dengan sesaji yang sesuai. Bermacam sesaji yang ditata rapi, seperti beberapa macam bunga, herbal dan hasil bumi yang dirangkai cantik, menambah sakral. Sesaji itu bukan takhayul, tetapi intinya bila diurai merupakan sebuah doa permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa, supaya upacara berjalan dengan selamat dan lancar.

Upacara Tingkeban (Nujuh Bulanan)


Upacara Tingkeban (Nujuh Bulanan)

 

Upacara Tingkeban adalah salah satu tradisi masyarakat Jawa, upacara ini disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, upacara ini dilaksanakan pada usia kehamilan tujuh bulan dan pada kehamilan pertama kali.

Upacara ini bermakna bahwa pendidikan bukan saja setelah dewasa akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim ibu. Dalam upacara ini sang ibu yang sedang hamil di mandikan dengan air kembang setaman dan di sertai doa yang bertujuan untuk memohon kepada Tuhan YME agar selalu diberikan rahmat dan berkah sehingga bayi yang akan dilahirkan selamat dan sehat. Yang di lakukan oleh para sesepuh sebanyak 7 orang termasuk ayah dan ibu wanita hamil serta suami dari calon ibu. Siraman ini bermakna memohon doa restu agar proses persalinan lancar dan anak yang akan dilahirkan selamat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Sebaiknya yang memandikan adalah orang tua yang sudah mempunyai cucu.

Setelah acara siraman selesai, dilanjutkan dengan upacara memasukan telur ayam dan cengkir gading. Calon ayah memasukan telur ayam mentah ke dalam sarung/kain yang di kenakan oleh calon ibu melalui perut sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir gading di teroboskan dari atas ke dalam kain yang di pakai calon ibu sambil di terima di bawah oleh calon nenek dan kelapa gading tersebut di gendong oleh calon nenek dan di letak kan sementara di kamar. Hal ini merupakan symbol harapan semoga bayi akan lahir dengan mudah tanpa ada halangan.

6 Upacara Kelahiran Bayi Dalam Adat Jawa



6 Upacara Kelahiran Bayi Dalam Adat Jawa

Dalam menyambut kelahiran bayi orang jawa memiliki beberapa upacara penting yang biasa dilakukan. Berbagai upacara ini bertujuan sebagai rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa momongan yang menjadi harapan setiap keluarga.
Selain sebagai satu bentuk rasa syukur, berbagai upacaraa tradisi jawa untuk menyambut kelahiran bayi biasanya juga dilangsungkan sebagai salah satu bentuk doa agar si jabang bayi dan keluarganya selalu diberi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan oleh Yang Kuasa.

Berikut ini beberapa upacara tradisi jawa yang dilakukan saat kelahiran bayi, yakni:

1.     Mengubur Ari-ari.


Ari-ari secara medis merupakan sebuah organ yang berfungsi untuk menyalurkan berbagai nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin di dalam rahim. Lewat ari-ari juga zat-zat antibodi, berbagai hormon dan gizi disalurkan sehingga janin bisa tumbuh dan berkembang menjadi bayi.

Bagi orang jawa ari-ari memiliki “jasa” yang cukup besar sebagai batir bayi (teman bayi) sejak dalam kandungan. Oleh karena itu sejak fungsi utama ari-ari berakhir ketika bayi lahir, organ ini akan tetap dirawat dan dikubur sedemikian rupa agar tidak dimakan binatang ataupun membusuk di tempat sampah. Upacara mendhem ari-ari ini biasanya dilakukan oleh sang ayah, berada di dekat pintu utama rumah, diberi pagar bambu dan penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari (selapan). (klik disini)

Sembilan Upacara Adat di Jawa


9 Upacara Adat Jawa.
 

Suku Jawa dikenal sebagai suku dengan jumlah populasi terbanyak di seluruh Indonesia. Di manapun tempat di Nusantara, orang Jawa pasti selalu ada. Selain dikenal memiliki pribadi yang ramah, orang-orang Jawa juga punya sejarah tradisi dan kebudayaan yang luar biasa, sama seperti suku-suku lainnya. Hal ini dibuktikan misalnya dengan banyaknya jenis tari, musik, rumah adat, dan upacara adat yang dimilikinya. Upacara Adat Jawa Upacara adat adalah suatu ritual yang dilakukan secara bersama-sama oleh kelompok masyarakat yang masih memiliki keterkaitan etnis, suku, maupun kebudayaan untuk mencapai tujuan yang bersumber pada nilai-nilai leluhur dan nenek moyang mereka. Di Jawa sendiri, ada beberapa upacara adat yang tergolong cukup unik dan harus dikenalkan pada genarasi muda agar warisan nenek moyang ini tetap lestari dan terjaga. Apa saja upacara adat Jawa tersebut? Berikut informasinya untuk Anda.

Rabu, 21 Desember 2016

Tradisi suluh bali

TRADISI SULUH BALI

Wisatawan mancanegara yang berulang kali berkunjung ke Bali tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu akan menemukan suasana baru serta tradisi serta seni budaya yang unik dan menarik untuk dinikmati. Demikian pula, perpaduan panorama alam sawah berundak-undak, lembah, pesisir pantai dan gunung dengan danau di lerengnya merupakan panorama alam yang menambah daya tarik Bali bagi masyarakat dunia.

Leluhur orang Bali tidak pernah berpikir untuk menyeragamkan seni budaya sehingga sekitar 1.453 desa adat (pekraman) di delapan kabupaten dan satu kota di Bali mewarisi kekhasan budaya masing-masing. “Di antara ribuan desa adat itu mewarisi tradisi yang beragam, tidak ada yang yang sama satu sama lainnya,” tutur Dosen Fakultas Dharma Duta Institut Hindu Dharma Indonesia Negeri (IHDN) Denpasar Dr Ketut Sumadi. Alumnus program pascasarjana Universitas Udayana itu mengatakan bahwa masyarakat Bali dalam kehidupan bermasyarakat lebih mengedepankan kearifan lokal prilaku yang bermakna sosial.

Kesenian Ketoprak



KETOPRAK

Ketoprak
 
gambar Pertunjuksn Ketoprak
Ketoprak adalah seni pertunjukan rakyat tradidional yang sangat terkenal, khususnya didaerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY. Ketoprak merupakan kesenian Jawa tradisionalyang penyajiannya menggunakan bahasa jawa. Jalan cerita di dalam pementasan Ketoprakbermacam-macam, mulai dialog tentang sejarah, sampai cerita fantasi yangbiasanya selalu didahului dengan alunan tembang-tembang Jawa yang indah. Kostumdan dandanannya selalu disesuasikan dengan adegan dan jalan cerita.

Kesenian Reog ponorogo



Reog ponorogo


 
gambar tarian Reog  Ponorogo
Tari Reog Ponorogo Tarian Daerah Jawa Timur. Kesenian Reog merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Jawa Timur bagian barat. Dan Ponorogo disebut sebagai kota asal kesenian reog yang sebenarnya karena pada gerbang kota Ponorogo dihiasi dengan dua sosok bagian dari kesenian ini. Dua sosok tersebut adalah Warok. Kesenian ini masih sangat kental dengan hal-hal mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.

Asal Usul Wayang Kulit Dan Sejarahnya





Asal Usul Wayang Kulit Dan Sejarahnya


Sejarah Kesenian Wayang Kulit


Sejarah asal usul kesenian wayang kulit, tidak bisa lepas dari sejarah wayang sendiri. Tidak ada bukti konkret tentang adanya wayang sebelum abad pertama, dimana ini bertepatan dengan munculnya ajaran Hindu dan Buddha ke area Asia Tenggara. Hal ini dipercaya menjadi hipotesa bahwa seni ini datang dari India ataupun Tiongkok, dimana kedua negara tadi memiliki tradisi yang telah berjalan turun-temurun tentang penggunaan bayangan boneka atau pertunjukkan teater secara keseluruhan. Jivan Pani juga pernah mengeluarkan pendapat bahwa wayang berkembang dari dua jenis seni yang berasal dari Odisha, India Timur, yaitu Ravana Chhaya yang merupakan sebuah teater boneka dan tarian Chhau. Meski begitu, banyak juga penceritaan sejarah wayang yang memiliki dampak besar terhadap perkembangan teater boneka tradisional.